AKU DAN MIMPIKU
Aku
dan mimpiku adalah dua sisi mata uang yang menyatu. Aku dan mimpiku adalah
seperti udara bagi kehidupan, seperti air bagi ikan, seperti sinar matahari
bagi tumbuhan, seperti denyut nadi dan detak jantung. Seperti apapun yang tak
bisa dipisahkan. Oleh karena itulah aku tak bisa bernapas tanpa mimpi. Hanya
mimipi yang mampu membuatku bertahan di dunia yang semakin hari, semakin edan
ini.
Aku
bermimpi menjadi makhluk cahaya. Mencerahkan dunia dengan iman, ilmu, amal,
kearifan dan semua pesona yang kupunya. Walau ada kalanya aku lelah mengejar
semua mimpi-mimpiku. Bahkan terkesan kehabisan napas. Lalu tergoda untuk
menjadi biasa-biasa saja. Tanpa perlu banyak tahu, tanpa ambil pusing dengan
keadaan yang ada, tanpa peduli dunia semakin gelap dengan hal-hal yang tak
penting, tanpa… masa bodoh! Menjalini hidup hanya untuk hari ini dan hanya
untuk diriku sendiri. Itu pasti menyenangkan dan bebas dari tekanan. Tapi sayang,
aku terlanjur tahu bahwa hidup bukan sekedar bernapas lalu dikubur. Tidak sesederhana
itu. Bahwa hidup adalah untuk setelah kehidupan itu sendiri. Bahwa bernapas
adalah untuk setelah berhenti bernapas. Dan
hidup bukan hanya untuk diri sendiri, ada umat yang menjadi ruh dari seluruh
gerak kita. Dari semua itu, lalu kusadari ujung dari semua mimpiku adalah untuk
sebuah komunitas yang biasa disebut jama’ah, untuk seorang laki-laki yang telah
mengabiskan umurnya untuk jama’ah ini, Rosulullah saw. Dan untuk pemilik
jama’ah ini dan laki-laki suci itu, Allah swt yang kuasa serta kasihn-Nya tak
terhingga. Aku sadar dengan semua logika yang kupunya. Sadar dengan
sebenar-benar sadar.
Terkadang,
aku lelah dengan wajah hari yang menyapaku. Tapi kisah para shalafush sholeh
mengingatku bahwa ini belum apa-apa. Masih jauh dari yang seharusnya aku
lakukan. Ini belum apa-apa. Belum apa-apa.
Terkadang
aku malu dengan semua keadaan diri, tapi bukan berarti aku minder. Lalu menarik
diri dari dari lingkunganku. Karena keinginanku untuk menjadi makhluk cahaya
tidak terbendung, maka apapun yang terjadi aku akan tetap menapaki jalan ini.
Karena ku yakin, hanya jalan ini yang
akan membuatku menjadi makhluk cahaya. Walau mungkin cahayaku, tak
seterang yang mereka punya. Dan aku berjanji pada diriku sendiri untuk tidak
akan pernah menjadi bagian yang gelap dari langit peradaban ini.
Aku
dan mimpiku adalah dunia dua sisi mata uang yang tek terpisahkan. Aku dan
mimpiku adalah udara bagi kehidupan. Ada banyak mimpi tentang diri dan
kehidupan yang kupunya. Tentang menatap matahari esok pagi, menemaninya
menjalani waktu dan mengantarnya pulang keperaduan. Seperti mengantar
mimpi-mimpiku setelah tangisku pecah dihari pertama aku melihat dunia hingga
hari terakhir aku bernapas diujung senyumku kala mata tertutup menuju dunia
tanpa akhir. Dalam rentang waktu itu aku terus bermimpi menjadi makhluk cahaya.
Bermimpi dan terus bermimpi… Aku yakin selama aku berharap, Allah selalu
menjawab dan memelukku dalam semua mimpi-mimpiku. Dan aku selalu bahagia…
Karena Allah bersamaku dan mimpi-mimpiku.