FILM INDONESIA CACAT
Oleh: Triska Purnamalia
Mama, Buang Ajah TV-nya
“Ma, jadikan kita
nonton hari minggu ini?” Tanya Fikri semangat dengan mata yang membulat.
“Tanya Papa sana,”
jawab Mama singkat sambil tersenyum walau tetap sibuk menyiapkan makan malam.
Fikri berlari menuju papanya yang sedang asyik nonton berita di TV.
“Papa…papa…papa…
jadikan kita nonton hari minggu ini?” Tanya Fikri masih dengan begitu semangat
dan berharap papa akan menjawab iya atas pertanyaannya.
“Emang adek mau nonton
apa sih? Koq semangat banget?” goda papa pada Fikri.
“Adek nonton film Tron,
pa. itu film luar negeri. Canggih deh pa.” jelas Fikri sambil mengacungkan dua
jempolnya kemuka papanya.
“Ceritanya gimana?”
Tanya papa pura-pura penasaran.
“Jadi gini pa, ada
seseorang orang yang sangat pintar, dia bisa buat program-program dikomputer
gitu. Dia bekerja diperusahaan yang memproduksi permainan anak-anak.
Nah, ga tahu kenapa dia masuk dalam program permainan yang dia buat sendiri.
Dia terjebak di situ. Keren deh pokoknya pa.
Ayo pa kita nonton! Ya pa ya, nonton ya pa.” Fikri memelas agar ayah mau
mengajaknya nonton di bioskop.
“Wah, sepertinya bagus
film itu. Lalu gimana kelanjutannya?” Papa tertarik mendengar penjelasan adek.
“Anaknya juga jadi
orang yang pinter buat program ya. Jadi anaknya itu yang menyelamatkan papanya
yang terjebak di dalam program. Begitu pa! ntar klo Fikri udah besar Fikri juga
mau jadi ahli computer ya pa.” Fikri semakin bersemangat!
“Jadikan pa kita
nonton?” serang Fikri selanjutnya.
“Hmmm…” Papa terlihat
sedang berpikir.
“ Adek kan udah tahu ceritanya,
jadi nggak usah nonton.” Papa tersenyum.
“Yaaaaa…….papaaaaaaaaaaa..”
Fikri ngambek
“Fikri tahu ceritanya
kan dari Dhoni. Dia udah nonton. Nggak seru dong pa, kalau Cuma diceritain.
Fikri kan juga mau nonton, mau liat gambarnya gimana. Jadi nonton ya pa.” Fikri
mulai merayu papa.
“Papa harus keluar kota
minggu ini sayang, jadi nggak bisa. Gimana kalau minggu depan?” Fikri hanya
manyun, tidak mencawab apa-apa.
“Nontonnya ditunda ya
dulu ya dek.” Kata papa sambil mengelus kepala Fikri, kemudian berlalu menuju
meja makan.
“Fikri, ayo makan
dulu…” terdengar suara mama dari ruang makan.
“Nggak mauuuuu…” teriak
Fikri, masih ngambek.
·
* * * * * * * * * * *
“Adek nonton apa?” sapa
mama saat Fikri nongkrong di depan TV.
“Nggak tahu ma, nggak
ada yang seru.” Jawab Fikri sambil terus memindah-mindahkan canel TV. Mama lalu
pergi meninggalkan Fikri sendiri di depan TV, mama harus menyelesaikan
tugas-tugas kantornya.
Besaknyo Fikri berkata pada mama “Mamaaaa… TV-nya buang
aja.”
“ Lah koq dibuang?”
Tanya mama binggung.
“Pokoknya buang aja
ma…” jawab Fikri.
·
* * * * * * * * * * * *
“Oke, sampai di sini
bisa dipahami? Ada yang mau ditanyakan?” Tanya Bu Triska, guru Bahasa
Indonesiaku yang cantik dan baik hati.
“Nggak ada Buuu…” Jawab
anak-anak.
“Mengerti?”
“Mengerti, Buuu…” jawab
anak-anak lagi dengan kompak.
“Sekarang, coba buat
puisi karya kalian sendiri.” Lalu kelas
menjadi hening, anak-anak di kelas tampak sibuk berpikir untuk membuat puisi.
Fikripun mulai sibuk mencoret-coret menuangkan idenya dalam selembar kertas.
Film
Nasional Cacat
Oleh:
Hidayatul Fikri
Kemarin
aku ketakutan
Gelisa
juga tauma yang mendalam
Kepala
buntung
Melompat-lompat
Perut
kosong
Dan
yang melayang tak beraga
Jeruk
Purut
Pocong
yang melompat
Dan
segala sesuatu yang menyeramkan lainnya
Memenuhi
hatiku
Ternyata
karena kemarin aku nonton “Pocong
ngesot”
Sebuah
film nasional
Yang
benar-benar tak berbudi
CACAT
!!!
NB:
Puisi itu benar-benar ditulis oleh anak kelas 6 SD. Seharusnya mampu membuat
kita merenung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar