Sabtu, 14 April 2012

GEDUNG AYAH DI SYURGA LANTAI 4


GEDUNG AYAH DI SYURGA LANTAI 4
Oleh: Triska Purnamalia

“Bunda, kapan Ayah pulang?” Tanya Rasyid saat pulang sekolah.
“Ayah ke mana sih, Bunda? Koq enggak pulang-pulang?” Tanya Rasyid lagi.
“Rasyid lupa ya? Ayah kan pergi ke syurga. Lagi ada proyek pembangunan gedung di sana.” Ayah Rasyid adalah seorang arsitek yang suka pergi dalam jangka waktu tertentu untuk mengerjakan proyek pembangunan gedung.
“Kapan Ayah akan pulang, Bunda?” setelah agak lama berpikir, Rasyid kembali bertanya. Dia masih terlalu kecil untuk mengerti bahwa ayahnya sudah meninggal dunia karena kecelakaan beberapa waktu lalu.
“Setelah proyek pembangunan itu selesai.” Jawab Bunda mantap.
Sebelum tidur, Bunda selalu membacakan dongeng untuk Rasyid. Kali ini bercerita tentang keindahan kerajaan Nabi Sulaiman yang membuat Ratu Balqis terpesona. Rasyidpun terlelap. Dalam mimpinya Rasyid bertemu dengan ayahnya. Mereka bertemu di sebuah sungai kecil yang sangat indah, airnya jernih dan ikan dengan aneka warna meloncat-loncat dengan lincah.  Di antara mereka ada jembatan, di sanalah mereka bertemu. Rasyid berlari menuju ayahnya.
“Ayah…! Rasyid rindu ayah.” Rengek Rasyid. Ayahnya mengusap kepala Rasyid, mencium dan menggendong Rasyid. Itu sebuah tradisi yang biasa dilakukan ketika Rasyid menyambut ayahnya pulang. Kemudian Rasyid dan ayahnya berkeliling tempat itu.
            Lalu mereka berjalan melewati sekebun, terdapat banyak sekali pohon buah-buahan. Ada jeruk, apel, mangga, rambutan dan masih banyak lagi. Ayah mengambilkan satu buah apel merah untuk Rasyid, itu memang buah kesukaannya.
            “Ehm… manis sekali ayah.” Ucap Rasyid penuh kegirangan. Setelah cukup puas menikmati buah-buahan itu, lalu mereka melanjutkan perjalanan.
            Sekarang tibalah mereka di depan sebuah gedung yang megah, besar dan indah. Tinggi dan luas. Di depan gedung itu terdapat sebuah taman dengan berbagai jenis bunga. Bunga-bunga itu membentuk huruf-huruf.
“A-I-S-Y-A-H.” Rasyid mengejanya.
“Bukankah ini nama Bunda, Ayah?” Ayah mengangguk kepala dan tersenyum.
“Berarti ini rumah kita Ayah?” Ayah kembali menggangguk.
“Waw! Keren. Hore…Hore….” Ucap Rasyid penuh kegembiraan sambil meloncat-loncat.
“Sekarang ayo kita masuk.” Ayah mengajak Rasyid masuk.
            Pintunya sangat besar terbuat dari emas yang diukir. Rasyid meloncat lagi dan menggangkat celana panjangnya karena takut basah.
            “Tenang Rasyid, lantai itu sudah dilapisi kaca. Jadi kita tak akan basah.” Jelas ayah. Lantai 1 gedung ini memang dibuat seperti kolom. Di bawahnya terdapat kehidupan bawa laut. Kita dapat mengamati ikan-ikan berenang dan bisa menikmati keindahan alam bawah laut.
            “Benarkah?” Rasyid jongkok dan menyentuhkan tangannya ke lantai.
            “Iya ya Ayah. Ini kaca. Aku ingat cerita Bunda tentang Sulaiman yang dibuatkan Allah untuk menyaingi keindahan kerajaan Ratu Balqis.”
            Rasyid berlari ke sana ke mari mengamati seisi gedung. Lalu dia tiba disebuah kamar. Di atas pintu kamar itu tertulis “Rasyid.”
            “Ini kamarku Ayah?” Ayah menggangguk.
            Betapa kecewanya Rasyid ketika masuk ke dalam kamarnya itu. Karena kamar iru belum selesai, masih berantakan. Jendelanya belum ada kaca, dindingnya masih acak-acakkan, lantainya juga masih jelek.
            “Mengapa belum selesai ayah?” Tanya Rasyid agak kesal.
            “Ayah kehabisan bahan sayang.”
            “Kehabisan bahan?” Rasyid bertanya lagi.
            “Iya, ayah tidak punya batu lagi untuk menyelesaikan kamarmu. Rasyid mau tidak membantu ayah menyelesaikan membangun kamar Rasyid? Bahkan kalau Rasyid mau kamar Rasyid bisa saja menjadi paling indah di antara kamar lainnya dengan batu granit berwarna biru.”
            “Bagaimana cara Rasyid membantu ayah?” Rasyid bingung.
            “ Lakukan saja kebaikan sebanyak mungkin, karena satu kebaikan itu berarti sama dengan satu batu untuk membangun kamar ini.”
            “Kebaikan apa yang harus kulakukan?”
            “Apa saja. Asal Rasyid membawa manfaat dan dilakukan dengan ikhlas. Misalnya hormat pada orang tua dan guru, sayang dengan teman, membantu Bunda mengerjakan atau membawa sesuatu, mengerjakan PR dan belajar dengan rajin, sholat, bersedekah, berbagi makanan dengan orang lain. Bahkan tersenyum dan menyapa tetangga. Rasyid mau kan membantu ayah? Semakin Rasyid rajin mengerkan kebaikan maka semakin cepat pula kamar Rasyid selesai.” Ucap Ayah sambil kembali mengusap kepala Rasyid.
            “Benarkah ayah?”  Ayah mengangguk dan tersenyum.
            “Rasyid, ini adalah syurga. Kau bisa mendapat apa saja yang kau inginkan. Ayah membangun gedung ini di syurga lantai 4. Masih ada syurga lain. Tempat ini hanya diberikan untuk orang-orang yang banyak melakukan kebaikan.
            “Bisa mendapatkan apa saja ayah?” Rasyid mengulangi kata-kata ayahnya. Ayah menggangguk.
            “Aku ingin kuda putih yang asli ayah.”
            “Kau akan mendapatkannya jika kau melakukan banyak kebaikan.”
            “Rasyid….Rasyid…Rasyid… Nanti Rasyid terlambat dating ke sekolah. ” suara bunda agak keras, membangukan Rasyid yang msih tidur pulas.
            “Aku mau mobil-mobilan juga ayah!” Rasyid masih asyik dengan mimpinya.
            “Ayah?” ucap Bunda binggung. Kali ini Bunda mengguncang tubuh Rasyid.
            “Bunda sayang terima kasih untuk semuanya. Sekarang apa yang bisa Rasyid lakukan untuk membantu bunda dan membahagiakan bunda?”Rasyid membuka matanya.
            Bunda tersenyum dan heran dengan apa yang terjadi pada Rasyid. Lalu Rasyid menceritakan mimpinya. Bunda sayang bahagia karena Rasyid berubah menjadi anak yang lebih baik dan suka menolong, dan tidak suka marah-marah lagi.
            “Yes! Satu baru granit biru telah kuberikan lagi pada ayah.” Ucap Rasyid setelah selesai menyapa bu Guru dan menyerahka PRnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar