GEDUNG
AYAH DI SYURGA LANTAI 4
Oleh:
Triska Purnamalia
“Bunda,
kapan Ayah pulang?” Tanya Rasyid saat pulang sekolah.
“Ayah
ke mana sih, Bunda? Koq enggak pulang-pulang?” Tanya Rasyid lagi.
“Rasyid
lupa ya? Ayah kan pergi ke syurga. Lagi ada proyek pembangunan gedung di sana.”
Ayah Rasyid adalah seorang arsitek yang suka pergi dalam jangka waktu tertentu
untuk mengerjakan proyek pembangunan gedung.
“Kapan
Ayah akan pulang, Bunda?” setelah agak lama berpikir, Rasyid kembali bertanya.
Dia masih terlalu kecil untuk mengerti bahwa ayahnya sudah meninggal dunia
karena kecelakaan beberapa waktu lalu.
“Setelah proyek
pembangunan itu selesai.” Jawab Bunda mantap.
Sebelum
tidur, Bunda selalu membacakan dongeng untuk Rasyid. Kali ini bercerita tentang
keindahan kerajaan Nabi Sulaiman yang membuat Ratu Balqis terpesona. Rasyidpun
terlelap. Dalam mimpinya Rasyid bertemu dengan ayahnya. Mereka bertemu di
sebuah sungai kecil yang sangat indah, airnya jernih dan ikan dengan aneka
warna meloncat-loncat dengan lincah. Di
antara mereka ada jembatan, di sanalah mereka bertemu. Rasyid berlari menuju
ayahnya.
“Ayah…!
Rasyid rindu ayah.” Rengek Rasyid. Ayahnya mengusap kepala Rasyid, mencium dan
menggendong Rasyid. Itu sebuah tradisi yang biasa dilakukan ketika Rasyid
menyambut ayahnya pulang. Kemudian Rasyid dan ayahnya berkeliling tempat itu.
Lalu mereka berjalan melewati sekebun, terdapat banyak
sekali pohon buah-buahan. Ada jeruk, apel, mangga, rambutan dan masih banyak
lagi. Ayah mengambilkan satu buah apel merah untuk Rasyid, itu memang buah kesukaannya.
“Ehm… manis sekali ayah.” Ucap Rasyid penuh kegirangan.
Setelah cukup puas menikmati buah-buahan itu, lalu mereka melanjutkan
perjalanan.
Sekarang tibalah mereka di depan sebuah gedung yang
megah, besar dan indah. Tinggi dan luas. Di depan gedung itu terdapat sebuah
taman dengan berbagai jenis bunga. Bunga-bunga itu membentuk huruf-huruf.
“A-I-S-Y-A-H.” Rasyid
mengejanya.
“Bukankah ini nama
Bunda, Ayah?” Ayah mengangguk kepala dan tersenyum.
“Berarti ini rumah kita
Ayah?” Ayah kembali menggangguk.
“Waw! Keren.
Hore…Hore….” Ucap Rasyid penuh kegembiraan sambil meloncat-loncat.
“Sekarang ayo kita
masuk.” Ayah mengajak Rasyid masuk.
Pintunya sangat besar terbuat dari emas yang diukir.
Rasyid meloncat lagi dan menggangkat celana panjangnya karena takut basah.
“Tenang Rasyid, lantai itu sudah dilapisi kaca. Jadi kita
tak akan basah.” Jelas ayah. Lantai 1 gedung ini memang dibuat seperti kolom.
Di bawahnya terdapat kehidupan bawa laut. Kita dapat mengamati ikan-ikan
berenang dan bisa menikmati keindahan alam bawah laut.
“Benarkah?” Rasyid jongkok dan menyentuhkan tangannya ke
lantai.
“Iya ya Ayah. Ini kaca. Aku ingat cerita Bunda tentang
Sulaiman yang dibuatkan Allah untuk menyaingi keindahan kerajaan Ratu Balqis.”
Rasyid berlari ke sana ke mari mengamati seisi gedung.
Lalu dia tiba disebuah kamar. Di atas pintu kamar itu tertulis “Rasyid.”
“Ini kamarku Ayah?” Ayah menggangguk.
Betapa kecewanya Rasyid ketika masuk ke dalam kamarnya
itu. Karena kamar iru belum selesai, masih berantakan. Jendelanya belum ada
kaca, dindingnya masih acak-acakkan, lantainya juga masih jelek.
“Mengapa belum selesai ayah?” Tanya Rasyid agak kesal.
“Ayah kehabisan bahan sayang.”
“Kehabisan bahan?” Rasyid bertanya lagi.
“Iya, ayah tidak punya batu lagi untuk menyelesaikan
kamarmu. Rasyid mau tidak membantu ayah menyelesaikan membangun kamar Rasyid?
Bahkan kalau Rasyid mau kamar Rasyid bisa saja menjadi paling indah di antara
kamar lainnya dengan batu granit berwarna biru.”
“Bagaimana cara Rasyid membantu ayah?” Rasyid bingung.
“ Lakukan saja kebaikan sebanyak mungkin, karena satu
kebaikan itu berarti sama dengan satu batu untuk membangun kamar ini.”
“Kebaikan apa yang harus kulakukan?”
“Apa saja. Asal Rasyid membawa manfaat dan dilakukan
dengan ikhlas. Misalnya hormat pada orang tua dan guru, sayang dengan teman,
membantu Bunda mengerjakan atau membawa sesuatu, mengerjakan PR dan belajar
dengan rajin, sholat, bersedekah, berbagi makanan dengan orang lain. Bahkan
tersenyum dan menyapa tetangga. Rasyid mau kan membantu ayah? Semakin Rasyid
rajin mengerkan kebaikan maka semakin cepat pula kamar Rasyid selesai.” Ucap
Ayah sambil kembali mengusap kepala Rasyid.
“Benarkah ayah?”
Ayah mengangguk dan tersenyum.
“Rasyid, ini adalah syurga. Kau bisa mendapat apa saja
yang kau inginkan. Ayah membangun gedung ini di syurga lantai 4. Masih ada
syurga lain. Tempat ini hanya diberikan untuk orang-orang yang banyak melakukan
kebaikan.
“Bisa mendapatkan apa saja ayah?” Rasyid mengulangi
kata-kata ayahnya. Ayah menggangguk.
“Aku ingin kuda putih yang asli ayah.”
“Kau akan mendapatkannya jika kau melakukan banyak
kebaikan.”
“Rasyid….Rasyid…Rasyid… Nanti Rasyid terlambat dating ke
sekolah. ” suara bunda agak keras, membangukan Rasyid yang msih tidur pulas.
“Aku mau mobil-mobilan juga ayah!” Rasyid masih asyik
dengan mimpinya.
“Ayah?” ucap Bunda binggung. Kali ini Bunda mengguncang
tubuh Rasyid.
“Bunda sayang terima kasih untuk semuanya. Sekarang apa
yang bisa Rasyid lakukan untuk membantu bunda dan membahagiakan bunda?”Rasyid
membuka matanya.
Bunda tersenyum dan heran dengan apa yang terjadi pada
Rasyid. Lalu Rasyid menceritakan mimpinya. Bunda sayang bahagia karena Rasyid
berubah menjadi anak yang lebih baik dan suka menolong, dan tidak suka
marah-marah lagi.
“Yes! Satu baru granit biru telah kuberikan lagi pada
ayah.” Ucap Rasyid setelah selesai menyapa bu Guru dan menyerahka PRnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar